Kue bulan dalam Festival Mooncake
Popularitas kue bulan bukan hanya sebagai persembahan dari Hou Yi dan Chang E. Di masa peperangan, kue bulan memegang peran penting dalam pembebasan Yuan China (1206–1341 M) dari bangsa Mongol pada abad ke-14.
Pada masa tersebut, pemimpin pemberontak Zhu Yuan Zhang berhasil menghasut untuk melakukan pemberontakan. Peristiwa upaya penggulingan Mongol ini terjadi selama Festival Pertengahan Musim Gugur. Keberhasilan tersebut akibat dari siasat Zhu Yuan Zhang menempatkan pesan rahasia untuk memberontak di kue bulan, meski saat itu dilarang membuat pertemuan besar.
Adapun kini, perayaan Festival Mooncake dilakukan dengan sangat meriah. Banyak rumah diterangi dengan lentera, lalu melaksanakan pesta besar. Dalam tradisi dan sastra Tiongkok, bulan purnama melambangkan keutuhan sehingga dikaitkan dengan reuni keluarga.
Bulan festival adalah waktu yang populer untuk melakukan pertemuan keluarga dengan kegiatan tradisional, seperti melihat bulan atau shangyue dan membawa lentera. Mirip dengan Thanksgiving Day, tetapi versi China. Dalam perayaannya, umumnya masyarakat makan malam bersama, menyembah bulan, makan kue bulan, dan sebagainya.
Pada Festival Mooncake, kue bulan yang khas terbuat dari adonan tepung dengan kerak tipis dan isian pasta kacang merah atau pasta biji teratai yang tebal. Kue bulan juga bisa mengandung kuning telur dari telur bebek asin. Sebelum dimakan, kue dibagi menjadi empat, kemudian disantap dengan ditemani teh tradisional China.
Kini, kue bulan gak hanya dikonsumsi sendiri dengan keluarga. Tradisi yang berkembang, mulai memberikan kue bulan pada rekan dan orang-orang terdekat, sebagai bentuk peringatan dan perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur alias Festival Mooncake.
Faktanya, Festival Mooncake ramai dirayakan dengan tradisi yang khas oleh penduduk etnis Tionghoa di mana pun. Termasuk di Indonesia, tradisi ini juga melibatkan kue bulan yang disebut gwee pia atau tiong chiu pia, dalam bahasa Hokkian. Pernah mencobanya?
Baca Juga: Jadi Tradisi, Ini Asal Mula Ritual Tiup Lilin saat Ulang Tahun
KOMPAS.com - Hari ini, 21 September 2021 menjadi hari festival kue bulan atau mooncake.
Perayaan tradisional China ditandai dengan kue bulan ini, juga disebut sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur, karena jatuh di pertengahan musim gugur di China.
Festival mooncake dirayakan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan China.
Perayaan festival kue bulan menjadi salah satu ajang kebersamaan untuk keluarga di China.
Seperti apa perayaannya?
Baca juga: Jadi Perwakilan Korsel, Ini Isi Pidato BTS di UNGA PBB
Dikutip dari Kompas.com, 1 Oktober 2020, anggota keluarga China keluar rumah pada malam hari tanggal 15 bulan 8.
“Pada malam hari tanggal 15 bulan 8 adalah bulan purnama. Saat bulan bersinar terang, anggota keluarga keluar rumah, duduk membentuk lingkaran makan kua bulan sambil menikmati terangnya sinar bulan,” ujar Guru Besar Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Hermina Sutami.
Tak ada kegiatan khusus selama perayaan, tapi semua orang wajib bergembira selama beberapa jam di malam itu.
Perayaan kue bulan juga dilakukan di kampus-kampus di China, yang jika ada kelas malam maka kuliah dihentikan.
“Semua mahasiswa pergi keluar duduk di lapangan dalam bentuk lingkaran, bergembira sambil makan kue bulan,” tutur Hermina.
Selain di China, keturunan China yang berada di luar negeri seperti Indonesia juga memperingati festival kue bulan setiap tahunnya.
Terkhusus, bagi Tionghoa yang menganut agama Konghucu, dengan terdapat sembahyang kepada leluhur dengan mempersembahkan kue bulan di atas meja altar atau sembahyangan.
Setelah sembahyang selesai, kue bulan itu kemudian dimakan secara bersama oleh anggota keluarga.
Baca juga: Fakta-fakta Tugu Sepatu: Dibangun Apik, Jadi Korban Vandalisme, Kini Dibongkar
Apa itu Festival Mooncake?
Festival Mooncake alias Festival Kue Bulan merupakan tradisi perayaan panen pasca musim gugur. Masyarakat Tionghoa mendedikasikan acara ini untuk berterima kasih kepada para dewa atas hasil bumi yang diterima.
Sebuah buku berjudul Disappearing Customs of China dan Traditions Customs and Rituals mengungkapkan, sebagian besar sejarawan percaya bahwa tradisi ini muncul pertama kali pada era Dinasti Song. Lebih dari 3000 tahun lalu, festival ini mulanya berbentuk penyembahan bulan.
Catatan sejarah menuliskan bahwa awalnya gak ada tanggal pasti pelaksanaan festival ini. Pada masa tersebut, orang-orang hanya merayakannya saat bulan purnama tiba. Namun, pada masa pemerintahan Kaisar Tai (dinasti Song Utara), ditetapkan tanggal 15 bulan ke delapan penanggalan Lunar sebagai Hari Pertengahan Musim Gugur.
Dengan berlangsungnya festival yang juga disebut Zhōngqiū jié dalam Bahasa Mandarin ini, menandakan berakhirnya Festival Hantu lapar. Maka dari itu, Festival Pertengahan Musim Gugur secara tradisional dianggap sebagai hari keberuntungan. Terlebih dalam pernikahan, karena dewi bulan diyakini dapat memberikan kebahagiaan kepada pasangan.
Sejarah Festival Mooncake
Salah satu legenda paling populer terkait Festival Pertengahan Musim Gugur atau Festival Mooncake adalah kisah Chang-E, juga dikenal sebagai Nyonya Bulan dan suaminya Hou Yi. Dilansir Singapore Infopedia, cerita ini konon berasal dari pendongeng di dinasti Tang (618–907 M). Sumber lain bahkan mengatakan, ini sudah ada sejak zaman Kaisar Yao (2346 SM).
Ceritanya, Hou Yi dan Chang E adalah pasangan suami istri. Hou Yi merupakan seorang pemanah hebat sekaligus anggota pengawal kekaisaran pada masanya. Berkat keterampilannya, aa diminta untuk pergi menjalankan misi. Adapun misi yang harus dilakukan yakni menembak matahari yang diyakini berjumlah 10 dan menyebabkan panas berlebih di bumi.
Dengan keahliannya, Hou Yi pun berhasil menembak jatuh sembilan dari 10 matahari yang mengelilingi planet ini. Sebagai hadiah, ia diberi ramuan kehidupan yang memiliki efek keabadian. Namun, bukan Hou Yi yang meminum ramuan tersebut, melainkan istrinya, si Chang E yang mendapatkan keabadian.
Terkait versi terjadinya minum ramuan ini, ada beberapa versi. Sebuah buku Culture and Customs of Singapore and Malaysia menyebutkan bahwa Chang E mencuri ramuan dari sang suami dan meminumnya. Lalu, Chang E naik ke langit menjadi dewi bulan.
Adapun Hou Yi mendapat kue dari ibu suri dari Surga Barat, Xi Wang Mu. Konon, kue tersebut dapat memberikan kemampuan menahan panas dan dikirim ke matahari. Dengan jimat khusus, Hou Yi pun dapat mengunjungi Chang E tiap tanggal 15 setiap bulan, selama bulan purnama.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Versi lainnya, Chang E terpaksa meminum ramuan tersebut karena hendak dicuri oleh Pang Meng, murid Hou Yi, saat suaminya gak ada. Akibatnya, Chang E dipisahkan selamanya dari Hou Yi. Untuk bertemu istrinya kembali, Hou Yi harus membuat kue berbentuk bulat yang terbuat dari tepung.
Kue yang dinamakan kue bulan tersebut nantinya harus ditempatkan di arah barat laut rumahnya. Lalu, diletakkan sambil meneriakkan nama Chang E sebagai tanda rindu, sehingga ia bisa menemui istrinya saat pertengahan bulan purnama.
Festival Kue Bulan juga identik dengan kelinci. Legenda ini bermula dari seseorang yang diyakini Buddha masuk ke hutan dan menyamar sebagai lelaki lapar. Sosok Buddha tersebut mendekati tiga binatang (rubah, monyet, dan kelinci), lalu meminta bantuan.
Rubah menangkap ikan untuknya, monyet membawa beberapa buah, tetapi kelinci melemparkan dirinya ke dalam api, serta menawarkan dirinya sebagai daging. Sebagai rasa terima kasih, Buddha pun membangkitkan kelinci dan mengirimkannya ke bulan untuk dihormati. Beberapa menyatakan sang kelinci menemani Chang E di bulan.
Baca Juga: 7 Fakta Perayaan Imlek, Sarat Makna dan Cerita Tradisional
Makna simbolis dari kue bulan
Kue bulan memiliki banyak makna simbolis yang kaya. Salah satu makna utamanya adalah kebersamaan dan keharmonisan. Bentuk bulat dari kue ini melambangkan kesempurnaan, keutuhan, dan keberuntungan. Keluarga yang berkumpul bersama di bawah cahaya bulan purnama untuk menikmati kue bulan dianggap sebagai simbol reuni dan kebersamaan keluarga.
Selain itu, dalam sejarahnya, kue bulan pernah menjadi alat komunikasi rahasia. Pada masa Dinasti Yuan, ketika bangsa Han memberontak melawan kekuasaan Mongol, pesan-pesan rahasia tentang rencana pemberontakan disisipkan ke dalam kue bulan. Tindakan ini membantu menyatukan bangsa Han dan berhasil menggulingkan Dinasti Yuan, membuka jalan bagi berdirinya Dinasti Ming.
Keunikan dan variasi kue bulan
Kue bulan yang dikenal sekarang memiliki banyak variasi yang tersebar di berbagai wilayah. Meskipun bentuk dasarnya selalu bulat menyerupai bulan, isiannya sangat beragam tergantung pada daerahnya. Kue bulan gaya Kanton, yang dikenal luas, biasanya berisi pasta kacang merah atau melon lotus yang halus. Di Yunnan, kue bulan diisi dengan ham dan madu, sedangkan kue bulan dari Shanghai memiliki kulit renyah dengan isian kurma. Sementara itu, di Suzhou, kue bulan gurih berisi daging babi cincang dan udang menjadi favorit.
Selain variasi isian, kue bulan modern kini juga telah berevolusi dengan rasa dan bentuk yang lebih kreatif. Mulai dari isian tradisional seperti tausa (pasta kacang merah) hingga variasi baru seperti es krim, kacang hijau, hingga buah-buahan segar, kue bulan terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman dan selera konsumen.
Festival Mooncake (Kue Bulan), atau yang lebih dikenal dengan sebutan Festival Tengah Musim Gugur, adalah salah satu perayaan penting dalam budaya Tionghoa yang dirayakan setiap tahun. Festival ini biasanya jatuh pada tanggal 15 bulan ke-8 dalam kalender lunar, yang bertepatan dengan bulan purnama terbesar dan terindah sepanjang tahun. Pada tahun 2024, Festival Mooncake / Kue Bulan akan dirayakan pada tanggal 17 September.
Asal Usul dan Makna Festival
Festival Mooncake memiliki akar sejarah yang dalam dan kaya, berasal dari tradisi Tionghoa kuno. Perayaan ini merayakan musim panen yang melimpah dan simbolisme bulan purnama, yang melambangkan kesempurnaan dan persatuan keluarga.
Menurut legenda, festival ini juga berhubungan dengan kisah Chang’e, dewi bulan dalam mitologi Tionghoa. Dikisahkan bahwa Chang’e meminum ramuan keabadian dan terbang ke bulan, meninggalkan suaminya Hou Yi di bumi. Setiap tahun, pada malam bulan purnama, diyakini bahwa Chang’e akan turun untuk merayakan bersama dengan keluarganya yang ada di bumi.
Kue Bulan: Simbol dan Tradisi
Salah satu elemen paling ikonik dari Festival Mooncake adalah kue bulan atau mooncake. Kue ini biasanya berbentuk bulat, melambangkan persatuan dan keharmonisan. Mooncake dapat memiliki berbagai variasi isian, mulai dari pasta kacang merah, pasta biji teratai, hingga isian daging dan kunir telur asin. Kue ini tidak hanya dimakan untuk dinikmati, tetapi juga dibagikan sebagai hadiah kepada keluarga dan teman sebagai simbol berbagi kebahagiaan dan berkah.
Selain menikmati mooncake, perayaan Festival Mooncake juga melibatkan berbagai tradisi dan aktivitas lain. Beberapa di antaranya termasuk:
Festival Mooncake / Kue Bulan 2024 akan jatuh pada tanggal 17 September. Perayaan ini merupakan kesempatan untuk merayakan keindahan bulan purnama, berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terkasih, dan menghormati tradisi serta budaya yang telah ada selama ribuan tahun. Bagi banyak orang, Festival Mooncake adalah waktu yang penuh makna untuk berkumpul dengan keluarga dan merayakan simbol persatuan, harapan, dan kebahagiaan.
Delima Mooncake menyediakan berbagai varian rasa kue bulan yang dapat Anda lihat disini.
Pernah mendengar Festival Mooncake sebelumnya? Di China, festival ini juga memiliki nama Mid-Autumn Festival alias Festival Pertengahan Musim Gugur. Meski beragam sebutannya, hari perayaan ini begitu ramai diperingati setiap tahunnya. Bahkan, menjadi perayaan terbesar kedua setelah Tahun Baru Imlek.
Layaknya setiap festival yang dirayakan di setiap negara, Festival Mooncake juga memiliki sejarah, mitos dan legenda, hingga tradisi yang dipertahankan antar generasi.
Legenda Hou Yi dan Chang E
Perayaan kue bulan erat hubungannya dengan legenda yang diyakini terjadi ribuan tahun lalu.
Dikisahkan, saat itu dunia disinari 10 matahari, yang saking banyaknya matahari menyinari bumi maka manusia merasa kepanasan.
“Kisar Yao yang memerintah sekitar 2.000 tahun lalu memerintahkan seorang pemanah ulung bernama Hou Yi untuk memanah matahari supaya tidak terlalu panas. Dengan keahliannya, Hou Yi berhasil menjatuhkan sembilan matahari,” ujar Hermina, seperti dikutip dari Kompas.com.
Setelah tersisa satu matahari, Kaisar meminta Hou Yi berhenti memanah, sebab jika semua matahari terpanah, maka bumi akan gelap.
Konon, inilah yang terjadi ketika hanya ada satu matahari saja saat ini.
Hou Yi dihadiahi sebuah pil panjang umur, lalu menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Chang E.
Chang E melihat suaminya terkesan selalu menyembunyikan sesuatu, tapi sang suami tak mau memberitahu apa pun.
“Pada suatu hari (Chang E) berhasil menemukan benda berupa pil. Tanpa tahu apa akibatnya, Chang E menelan itu,” jelas Hermina.
Tubuh Chang E, lanjut dia, perlahan-lahan terbang naik ke bulan dan tidak dapat kembali ke bumi.
Sejak itu hari perayaan kue bulan dilaksanakan, untuk memperingati perginya sosok Chang E ke bulan. Dan ini yang membuat kue dibuat dengan bentuk menyerupai bulan.
Gambaran sosok Chang E ada pada kemasan kue bulan, dengan bidadari terbang dengan selendang melayang.
TEMPO.CO, Jakarta - Mooncake Festival 2024 dirayakan dengan meriah di berbagai lokasi di Jakarta, dengan menampilkan kekayaan budaya Tionghoa yang berpadu dengan budaya Nusantara. Festival ini tidak hanya menyuguhkan keindahan seni dan tradisi, tetapi juga menjadi ajang yang menguatkan persatuan dalam keberagaman.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini perayaan Mooncake Festival 2024 di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Old Shanghai Sedayu City
Gelaran Shanghai Festival Mooncake 2024 di Old Shanghai Sedayu City, Cakung Barat, Jakarta Timur, menjadi salah satu acara terbesar dalam rangkaian perayaan ini. Festival ini dimulai pada 13 September 2024 dan berlangsung hingga 22 September 2024. Dihadiri oleh Wakil Walikota Administrasi Jakarta Timur, Iin Mutmainnah, festival ini menyajikan beragam pertunjukan seni dan budaya.
Atraksi yang paling menarik perhatian adalah perpaduan seni Reog Ponorogo dengan kesenian Tionghoa seperti barongsai dan lampion hias. Festival ini juga menghadirkan bazar UMKM yang menjual produk-produk khas dengan nuansa budaya Tionghoa dan Nusantara. Dalam sambutannya, Iin Mutmainnah menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman di Jakarta, sebuah kota yang dihuni oleh berbagai etnis dan budaya. Kegiatan ini menjadi simbol kerukunan masyarakat dari latar belakang yang berbeda, sehingga menarik bagi pengunjung yang ingin merasakan harmoni budaya di ibu kota.
Di Gajah Mada Plaza, Pecinan Glodok bersama Gajah Mada Plaza menggelar Jakarta Mooncake Festival 2024 pada 14 dan 15 September 2024, dengan tema "Purnama di Molenvliet". Festival ini menampilkan berbagai kesenian khas Tionghoa dan Nusantara, seperti barongsai, wayang potehi, tari naga (lionsai), serta pertunjukan angklung.
Kegiatan ini disambut antusias oleh pengunjung. Penampilan wayang potehi dari Sanggar Budaya Rumah Cinwa berhasil memikat hati para penonton, khususnya anak-anak. Wayang potehi, yang merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa, memperlihatkan betapa kayanya sejarah kebudayaan Indonesia. Festival ini tak hanya menghibur, tetapi juga menjadi sarana edukasi tentang seni tradisional yang mungkin belum dikenal luas oleh masyarakat.
Tema "Purnama di Molenvliet" diambil untuk menggambarkan peran penting masyarakat Tionghoa dalam pembangunan Jakarta sejak abad ke-17. Molenvliet sendiri adalah nama lama untuk Kanal Batang Hari, kawasan yang dulunya merupakan pusat peradaban Tionghoa di Jakarta.
Sementara itu, di The St. Regis Jakarta, perayaan Festival Mooncake diwarnai dengan kemewahan dan keindahan. Hotel ini menawarkan hampers mooncake dalam kotak rias kulit mewah, tersedia dalam dua warna elegan: Celestial Blue dan Rosy Bliss. Tampilan yang eksklusif ini memberikan sentuhan tradisi sekaligus kemewahan modern, menjadikannya pilihan sempurna bagi mereka yang ingin merayakan Festival Mooncake dengan gaya.
Emporium Pluit Mall juga turut memeriahkan Festival Mooncake melalui acara Mid-Autumn Mooncake Festival yang berlangsung dari 9 hingga 22 September 2024. Bertempat di Ground Floor-North Promenade, festival ini menawarkan aneka mooncake premium dari berbagai merek ternama seperti Ang Huat, Makan, Bayi Hokkaido, Bintang Mei, Dapur M, dan Kelompok Raja Bebek.
Festival ini menawarkan kesempatan bagi para pecinta mooncake untuk mencicipi beragam rasa, dari yang klasik seperti Teratai Putih hingga varian unik seperti Nutella Coklat dan Teh Hijau. Pengunjung bisa membeli mooncake premium dalam berbagai ukuran dan kemasan, mulai dari mini hingga ukuran reguler, dengan harga yang bervariasi.
Mid-Autumn Festival is the Reunion Festival, an ideal occasion for everyone to get closer together. And like every year, Takashimaya organizes the Moon Cake Festival with the participation of more than 20 famous brands, such as:
HONGKONG MX, TAI THONG, DAI PHAT, LEONG YIN, HY LAM MON, CALISA, DIM TU TAC, SWEETHOME, BACH LAC, MOR’DAN, MINAMOTO KITCHOAN, MORI, NESTMOON, TWG, MAISON MAROU, DAT PHU, FUKAXING, CARAVELLE, NHA MAI, SOFITEL…
This Moon Cake Festival, the brands will bring many premium-quality products along with luxurious, unique, and sophisticated gift boxes, down to every detail, so that customers can choose their favorite gift for a particular time of year.
Let’s visit Basement 2 – Ho Chi Minh City Takashimaya Department to explore together.
Time: August 1 – September 17, 2024
See more ceremony samples and products at https://anyflip.com/vffio/ooar
*Customers order cakes at: https://bit.ly/Takashimaya_Mooncake2024 or contact Hotline: 091.649.1155 (From 9:30-21:30), Email: [email protected]
TEMPO.CO, Jakarta - Mooncake festival atau festival kue bulan, yang dikenal juga sebagai Mid-Autumn Festival, salah satu perayaan penting dalam budaya Tiongkok. Pada tahun ini, festival tersebut jatuh pada 17 September 2024. Festival ini tidak hanya dirayakan di Tiongkok, tetapi juga di seluruh wilayah Asia Timur seperti Korea Selatan, Jepang, dan Vietnam, di mana masing-masing negara memiliki variasi kue bulan mereka sendiri.
Festival ini merupakan momen penting bagi keluarga untuk berkumpul, berdoa untuk kemakmuran, dan menikmati indahnya bulan purnama sambil memakan kue bulan atau yang disebut “yue bing”.
Hal menarik dalam Mooncake Festival
Selain memakan kue bulan, festival ini juga diisi dengan berbagai tradisi menarik. Salah satu tradisi yang paling umum adalah menyalakan lentera dan mengagumi bulan purnama yang bersinar terang. Di berbagai kota besar, seperti Beijing dan Hong Kong, perayaan ini juga sering dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai, tari naga api, serta pertunjukan budaya lainnya.
Mooncake festival bukan hanya sekadar perayaan makanan, tetapi juga momen untuk refleksi, berkumpul bersama keluarga, dan menghargai tradisi yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Kue bulan, dengan segala simbolisme dan mitos yang melingkupinya, terus menjadi pengingat akan pentingnya kebersamaan, harmoni, dan rasa syukur atas berkah kehidupan. Seiring berjalannya waktu, perayaan ini telah melintasi batas-batas geografis dan budaya, namun tetap menjaga esensinya sebagai simbol kebersamaan dan keutuhan.
PUTRI ANI | SMITHSONIANMAG | ANTARA
Asal usul di balik Mooncake Festival
Sejarah perayaan ini sudah berlangsung lebih dari 3.000 tahun dan awalnya dikaitkan dengan perayaan pasca panen musim gugur. Pada masa Dinasti Xia dan Shang, para petani melakukan ritual memohon berkah kepada Dewa Bumi agar diberikan musim yang baik dan panen yang melimpah. Tradisi tersebut kemudian berkembang dan mencapai popularitas pada masa Dinasti Tang, di mana kue bulan mulai menjadi simbol perayaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain latar belakang agraris, festival ini juga dipenuhi oleh mitos dan legenda. Salah satu kisah paling terkenal adalah legenda tentang Chang'e, istri dari pemanah legendaris Hou Yi. Dalam kisah tersebut, Hou Yi menyelamatkan bumi dengan memanah sembilan dari sepuluh matahari yang menyengat bumi. Sebagai balasan, para dewa memberinya ramuan keabadian.
Namun, karena takut suaminya yang telah berubah menjadi tiran akan menyalahgunakan ramuan itu, Chang'e meminumnya dan terbang ke bulan. Sejak saat itu, ia dihormati sebagai Dewi Bulan, dan kue bulan menjadi simbol persembahan untuk mengenangnya.